BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Depresi masa nifas: Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari
berbagai permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks.
Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya.Bagi seseoarang yang
tidak mampu menghadapi nya akan mengalami ganguan mental yang disebut dengan
depresi. Individu yang mengalami depresi sering merasa dirinya tidak berharga
dan merasa bersalah. Mereka tidak mampu memusatkan pikirannya dan tidak dapat
membuat keputusan.setiap individu dapat mengalami gangguan psikologi begitu
juga dengan wanita yang baru melahirkan yang dikenal dengan depresi
postpartum.wanita yang mengalami depresi postpartum akan mengalami gangguan
emosional yang bervariasi, hal ini terjadi pada 10 hari pertama masa setelah
melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu
tahun.. tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang
paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung
sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau
maternity blues.
Infeksi masa nifas: Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil
yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal
pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat
genetalia pada waktu persalinan.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi
pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya
komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan
penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem
rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan
morbiditas ibu.
Perdarahan post partum sekunder
Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya
ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya.
Hal inilah yang memicu terjadinya
perdarahan post partum Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan
vulva dan perinium. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum perlu
dilakukan setelah pembedahan pervaginam.Sebagai akibat persalinan, terutama
pada seorang primipara, bisa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina
yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan
banyak yang dapat mengganggu masa post partum
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEPRESI
POST PARTUM
A.
Pengertian
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan
sampai 1 tahun kedepan. Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt
pada tahun 1988. Pitt menyatakan bahwa depresi post parum adalah depresi yang bervariasi
dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu
makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan
suami).
Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan
yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut
DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu:
1.
Baby blues
Merupakan bentuk
yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala berupa
perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan
yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari
saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri
dengan kehidupan barunya.
2.
Depresi post partum
Bentuk yang satu
ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa
tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah
melahirkan
3.
Psychosis post partum
Jenis ini adalah
yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk
bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara
keseluruhan
B.
Penyebab Depresi Postpartum
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan
terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
Pitt mengemukakan 4
faktor penyebab depresi post partum:
1.
Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat
obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak
pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena
setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu
hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya
ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
2.
Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis
setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan
munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron
naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor
penyebab yang sudah pasti.
3.
Faktor psikologi
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis
individu. Klaus dan Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi
masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
4.
Faktor sosial dan karateristik ibu
Pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu –
ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
Karakteristik ibu,
yang meliputi :
a.
Faktor umur
Sebagian besar
masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk
melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode
yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan
mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
b.
Faktor pengalaman
Beberapa penelitian
diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood (Regina dkk,
2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada
perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan
dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat
menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang
melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis
bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.
c.
Faktor pendidikan
Perempuan yang
berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara
tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan
aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan
orang tua dari anak–anak mereka.
d.
Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup
lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses
persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat
persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan
kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.
e.
Faktor dukungan social
Banyaknya kerabat
yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu
karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
C.
Gejala Depresi Postpartum
Gejala yang
menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1.
Berkurangnya energy
2.
Penurunan efek
3.
Hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff
mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai
karateristik dan spesifik antara lain:
1.
Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2.
Kelelahan dan perubahan mood
3.
Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4.
Tidak mau berhubungan dengan orang lain
5.
tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti
bayinya atau dirinya sendiri.
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga
harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. Beristirahat
dengan baik
2. Berolahraga yang
ringan
3. Berbagi cerita
dengan orang lain
4. Bersikap
fleksible
5. Bergabung dengan
orang-oarang baru
6. Sarankan untuk
berkonsultasi dengan tenaga medis
Ada cara-cara
menghidari atau mengatasi depresi :
1.
Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata
malah mengganggu waktu istirahat anda
2.
Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat
atau gula dalam jumlah yang berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi
3.
Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda
dapat merasa lebih rileks disarankan musik-musik yang menenangkan
4.
Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini
selain ampuh dalam mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan
bentuk tubuh
5.
Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa
bosan, karena berada di rumah
6.
Dukungan yang suportif dari suami dan anggota
keluarga lainnya sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu. Perawatan depresi
D.
Penatalaksanaan
1.
Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum
untuk mengidentifikasi resiko potensial terjadi depresi postpartum
2.
Atur konseling selama periode antepartum pada
klien yang beresiko
3.
Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan
yang baik selama periode antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap
depresi post partum
4.
Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang
akurat termasuk demografi, informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah
5.
Kaji proses
hubungan ibu dan anak
6.
Tawarkan
dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa perasaan
depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal
7.
Peningkatan
klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus
berkonsultasi
8.
Atur konseling selanjutnya jika klien yang
memperlihatkan tanda depresi berlanjut.
Bidan dapat
membantu dengan cara :
1.
Sensitif pada
reaksi ibu
2.
Terlibat
dengan terjadinya pada bulan-bulan awal setelah kelahiran
3.
Menjadi
pendengar yang baik tanpa menghakimi sehingga ibu dapat mengekspresikan persoalan, keraguan dan kecemasan
Jika dilakukan sejak dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan
obat-obatan dan konseling jika depresinya berat atau berkepanjangan perlu
dirawat di rumah sakit.
2. INFEKSI MASA NIFAS
A.
Definisi
Infeksi nifas adalah
infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan, biasanya dari endometrium
bekas insersi plasenta. Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan
oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan
nifas.
Infeksi nifas atau
sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang terjadi pada
setiap saat antara wanita pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dengan
kenaikan suhu 38 C selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca melahirkan atau
abortus dimana terdapat dua atau lebih.
B.
Etiologi
Berdasarkan masuknya kuman ke dalam
alat kandungan.
- Eksasogen :
kuman datang dari luar.
- Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam
tubuh.
- Endogen : dari jalan lahir sendiri.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi adalah sebagai
berikut :
1.
Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan
tubuh ibu seperti perdarahan, anemia,
nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah, dan imunosupresi.
2.
Partus lama,
terutama dengan ketuban pecah lama.
3.
Tindakan bedah
vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lain.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput
ketuban, dan bekuan darah.
C.
Golongan infeksi nifas
1.
Infeksi yang terdapat pada perineum, vulva,
vagina, serviks, dan endometrium
2. Penyebaran melalui vena dan pembuluh
darah.
a.
Infeksi pada, vulva, vagina, dan serviks dan endometrium
1.
Vulvitis
2.
Vaginitis
3.
Servisitis
4. Endometritis
·
Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada
ibu pasca melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau
luka perineum. Tepi luka
berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka
yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
·
Vaginitis
·
Servisitis
·
Endometritis
- Kadang – kadang lochea tertahan dalam uterus
oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut locheometra
- Pengeluaran lochea bias banyak / sedikit,
kadang – kadang berbau / tidak, lochea berwarna merah / coklat
- Suhu badan meningkat mulai 48 jam post
partum, sering kali dengan pola gigi gergaji (38,5 – 40 C) menggigil,
nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu badan
- Sakit kepala, sulit tidur, anoreksia
- Nyeri tekan pada uterus, uterus agak
membesar dan lembek, HIS susulan biasanya sangat mengganggu
- Leukositosis dapat berkisar antara 10.000 –
13.000
b.
Penyebaran dari tempat – tempat infeksi melalui vena – vena dan pembuluh
darah
1) Septikemia dan Piemia
a) Septikemia
Septikemia adalah
keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk
ke dalam peredaran darah dan
menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut
antara lain: kelihatan sudah sakit dan
lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit atau
lebih; suhu meningkat antara 39-40 ; tekanan darah turun, keadaan umum memburuk; sesak nafas,
kesadaran turun,
gelisah.
b) Piemia
Tidak
lama post partum pasien sudah merasa sakit, perut nyeri, suhu tinggi, menggigil
setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum. Ciri khas: Berulang
– ulang suhu meningkat disertai menggigil, diikuti oleh turunnya suhu lambat
akan timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis
.
1)
Peritonitis
- Peritonitis
umum : Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan (defence
muskulare), pucat, mata cekung yang disebut dengan muka hipokrates (facies
hipocratica), kulit dingin
- Peritonitis
yang terdapat dipelvis : Pasien demam, nyeri perut bawah, nyeri periksa dalam
kavum douglasi menonjol karena adanya abses
2)
Selvitis pelvika (parametrisis)
- Bila
suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri dikiri / di
kanan dan nyeri pada periksa dalam. Pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
padat dan nyeri disebelah uterus. Ditengah jaringan yang mengandung bisa timbul
abses. Dalam keadaan ini suhu yang mula – mula tinggi menetap menjadi naik
turun disertai menggigil
D.
Penatalaksanaan Medis
1.
Pengobatan Infeksi Nifas
a.
Sebaiknya segera dilakukan kultur dari
sekret vagina dan servik,
luka operasi dan darah, serta uji
kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
b.
Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
d.
Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh sepertiinfus,
transfusi darah, makanan yang mengandung zat – zat yang diperlukan tubuh serta
perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
2.
Pengobatan Kemoterapi dan
Antibiotika Infeksi Nifas
a.
Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan
kombinasi dari sulfadizin 185gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185
gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian peroral.
b.
Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2
sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau
metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
c.
Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
E.
Pencegahan
Selama kehamilan
Selama persalinan
Selama nifas
2.
Semua alat dan kain yang berhubungan dengan
daerah genital harus suci hama.
4.
Membatasi tamu yang berkunjung.
3. PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
A. Definisi
Pendarahan pasca
persalinan adalah pendarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih yang
terjadi antara 24 jam – 6 minggu setelah anak lahir. Pendarahan post partum
skunder di sebut juga sebagai Late Post Partum Hemorrhage.
B.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala
terjadinya Pendarahan Post Partum Skunder antara lain sebagai berikut:
- Pendarahan terjadi secara
terus menerus setelah seharusnya lokhia rubra berhenti
- Pendarahan dapat terjadi
secara mendadak, seperti pendarahan post partum primer dan di ikuti
gangguan system kardiovaskuler sampai syok.
- Mudah terjadi infeksi skunder sehingga dapat menimbulkan:
·
Lokhia yang terjadi berbau dan keruh
·
Fundus uteri tidak segera mengalami involusi,
terjadi subinvolusi uteri.
C.
Etiologi
1. Terdapat sisa placenta atau kotiledonnya
2. Terdapat sisa membrane sehingga
mengganggu kontraksi dan retraksi untuk menutup pembuluh darah di tempat
implantasinya
3. Terdapat placental polip
4. Pendarahan karena terjadi degenerasi
khoriokarsinoma
5. Pendarahan yang bersumber dari perlukaan
yang terbuka kembali.
D. Klasifikasi
1.
Pendarahan karena tertinggalnya sisa placenta
Sisa plasenta dan
ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat menimbulkan perdarahan
pospartum skunder. Pada perdarahan postpartum skunder gejalanya sama dengan
subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan
berasal dari rongga rahim. Perdarahan akibat sisa plasenta jarang menimbulkan
syok.
Penilaian klinis sulit
untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila penolong persalinan
memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir. Apabila kelahiran
plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan akan sisa plasenta,
maka untuk
memastikan adanya sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi dengan
tangan, kuret atau alat bantu diagnostik yaitu ultrasonografi. Pada umumnya
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim kurang
baik dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam rongga rahim
Terapi atau penanganan
yang bisa dilakukan untuk pendarahan akibat tertinggalnya sisa placenta antara
lain:
·
Berikan perlindungan antibiotic, keluarkan sisa
placenta secara digital atau dengan kuret besar
·
Jika ada demam ditunggu sampai suhu turun dengan
pemberian antibiotic dan 3 sampai 4 hari kemudian rahim di bersihkan, tapi
kalau ada pendarahan banyak maka rahim segera di bersihkan walaupun ada demam.
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi dari pendarahan akibat
tertinggalnya sisa placenta ini adalah:
·
Trauma tindakan khususnya kuretase
·
Infeksi berkelanjutan
·
Syok iriversibel.
2.
Pendarahan karena Perlukaan terbuka kembali
Yaitu pendarahan yang
terjadi akibat terbuka kembalinya luka yang di dapat pada saat persalinan,
dimana luka tersebut dulunya telah di jahit tetapi karena ada sesuatu hal yang
menyebabkan luka tersebut kembali terbuka, salah satu penyebabnya karena ibu
yang melakukan kerja keras sesaat setelah post partum. Tanda dari kejadian
ini keluarnya darah segar dari luka yang kembali terbuka dan saat inspeksi
terlihat luka tersebut menganga.
Adapun
penanganan yang di berikan:
·
Atasi pendarahan
·
Bersihkan luka tersebut
·
Jahit kembali luka ibu tersebut
3.
Pendarahan akibat infeksi
Sering di sebut dengan
Infeksi puerperium yaitu infeksi yang terjadi segera setelah persalinan dengan
peningkatan temperature lebih dari 38°c dan terjadi sejak hari kedua
persalinan. Salah satu infeksi tersebut adalah infeksi yang terjadi pada tempat
implantasi plasenta.
Infeksi pada tempat implantasi placenta
di masuk melalui 2 jalan:
·
Masuk kedalam menimbulkan:
- Miometritis
- Infeksi pada pembuluh darahnya-Flebitis
- Dari
pembuluh darah menyebar sehingga dapat menimbulkan emboli bacteria dan
menyebabkan infeksi meluas ke liver, ginjal, dan paru.
- Dapat menimbulkan infeksi di sekitar pelvis
sehingga terjadi selulitis dan pembentukan abses
- Infeksi
peritonitis sekitarnya dalam pembentukan palveoperitonitis yang bersifat local
·
Menyebar perkontinuitatum
Dari bekas infeksi placenta akan
menyebabkan infeksi perkontinuitatum sehingga menimbulkan:
- Endometritis yang menyebar sekitarnya
- Infeksi tuba menimbulkan salfingitis yang
selanjutnya menjadi piosalfing
- Menimbulkan infeksi atau abses pada ovarium
Terapi atau penanganannya adalah:
·
Mobilisasi dini.
Mengalirkan lokhia sehingga tidak
menjadi sumber infeksi yang dapat menyebar
·
Lokal atau tampak
Bersihkan luka dari
jaringan nekrotik
·
Dilakukan rekontruksi jahitan, sehingga kesenbuhan dan adaptasinya
semakin baik.
E.
Pencegahan Pendarahan
1. Perawatan masa kehamilan
Mencegah atau
sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi
perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu
bersalin tetapi sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care
yang baik.Menangani anemia dalam kehamilan adalah penting, ibu-ibu yang
mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan
untuk bersalin di rumah sakit.
2. Persiapan persalinan
Di rumah sakit
diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb,golongan darah, dan bila
memungkinkan sediakan donor darah dan dititipkan di bank darah. Pemasangan
cateter intravena dengan lobang yang besar untuk persiapan apabila diperlukan
transfusi. Untuk pasien dengan anemia berat sebaiknya langsung dilakukan
transfusi. Sangat dianjurkan pada pasien dengan resiko perdarahan postpartum
untuk menabung darahnya sendiri dan digunakan saat persalinan.
3. Persalinan
Setelah bayi lahir,
lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular atau maju mundur sampai
uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik. Massae yang berlebihan atau
terlalu keras terhadap uterus sebelum, selama ataupun sesudah lahirnya plasenta
bisa mengganggu langkah-langkah sistematik untuk mendiagnosa perdarahan
Postpartum :
1. Palpasi uterus : bagaimana
kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban
: apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan ekplorasi kavum uteri
untuk mencari :
a. Sisa plasenta dan ketuban
b. Robekan rahim
4. Inspekulo
: untuk melihat robekan pada cervix, vagina, dan varises yang pecah.
F.
Penatalaksanaan rujukan pada perdarahan postpartum sekunder:
1. Setelah dilakukan penatalaksanaan secara
umum nilai kondisi dan keadaan pasien,jika tidak membaik.
2.
Siapkan informed concent bersama keluarga pasien.
3.
Hubungi rumah sakit tempat rujukan.
4. Menyiapkankan segera keperluan rujukan
bersama kelurga pasien seperti:
a. Transportasi.
b. Biaya
c. Persipan kegawatdaruratan yng meliputi:
Persiapan donor darah, infus dan
obat-obatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Depresi masa nifas: Manusia dalam
kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang
tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental
untuk menghadapinya.Bagi seseoarang yang tidak mampu menghadapi nya akan
mengalami ganguan mental yang disebut dengan depresi
Infeksi masa nifas: Masa nifas
adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat
kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi
masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan.
Pendarahan pasaca persalinan adalah
pendarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih yang terjadi antara 24
jam – 6 minggu setelah anak lahir. Pendarahan post partum skunder di sebut juga
sebagai Late Post Partum Hemorrhage.
B. Saran
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Didalam makalah ini terdapat
berbagai kasus mengenai patologi dalam kebidanan, diantaranya depresi masa
nifas, infeksi masa nifas dan perdarahan postpartum sekunder, kiranya
masalah-masalah tersebut dapat tertangani dengan baik jika kita mengetahui cara
penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo S. 2005. Ilmu kandungan. Jakarta: YBS-SP
http://www. Depresimelahirkan. Com/
postpartum.html
Varney, Helen. 1997. Varney Midwivery Third Edition.
James and Bartle Publishers. Boston.

No comments:
Post a Comment