Tuesday, 23 December 2014

MAKALAH DEPRESI MASA NIFAS, INFEKSI MASA NIFAS DAN PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER


AKBID WIRA BUANA METRO



BAB I
PENDAHULUAN




A.   Latar Belakang
Depresi masa nifas: Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya.Bagi seseoarang yang tidak mampu menghadapi nya akan mengalami ganguan mental yang disebut dengan depresi. Individu yang mengalami depresi sering merasa dirinya tidak berharga dan merasa bersalah. Mereka tidak mampu memusatkan pikirannya dan tidak dapat membuat keputusan.setiap individu dapat mengalami gangguan psikologi begitu juga dengan wanita yang baru melahirkan yang dikenal dengan depresi postpartum.wanita yang mengalami depresi postpartum akan mengalami gangguan emosional yang bervariasi, hal ini terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.. tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues.
Infeksi masa nifas: Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Perdarahan post partum sekunder
Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Hal  inilah yang memicu terjadinya perdarahan post partum Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perinium. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam.Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara, bisa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak yang dapat mengganggu masa post partum



BAB II
PEMBAHASAN

1. DEPRESI POST PARTUM
A.     Pengertian
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan sampai 1 tahun kedepan. Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt menyatakan bahwa depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu:
1.      Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.
2.      Depresi post partum
Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan
3.      Psychosis post partum
Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhan
B.     Penyebab Depresi Postpartum
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
Pitt mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
1.      Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
2.      Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
3.      Faktor psikologi
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
4.      Faktor sosial dan karateristik ibu
Pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
Karakteristik ibu, yang meliputi :
a.       Faktor umur
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
b.      Faktor pengalaman
Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.
c.       Faktor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka.
d.      Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.

e.       Faktor dukungan social
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

C.     Gejala Depresi Postpartum
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1.      Berkurangnya energy
2.      Penurunan efek
3.      Hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1.      Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2.      Kelelahan dan perubahan mood
3.      Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4.      Tidak mau berhubungan dengan orang lain
5.      tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.

Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. Beristirahat dengan baik
2. Berolahraga yang ringan
3. Berbagi cerita dengan orang lain
4. Bersikap fleksible
5. Bergabung dengan orang-oarang baru
6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis



Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi :
1.      Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu istirahat  anda
2.      Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi
3.      Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih rileks disarankan  musik-musik yang menenangkan
4.      Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh
5.      Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah
6.      Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu. Perawatan depresi

D.    Penatalaksanaan
1.      Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk mengidentifikasi resiko potensial terjadi depresi postpartum
2.      Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko
3.      Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum
4.      Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demografi, informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah
5.      Kaji proses hubungan ibu dan anak
6.      Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal
7.      Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus berkonsultasi
8.      Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut.

Bidan dapat membantu dengan cara :
1.      Sensitif pada reaksi ibu
2.      Terlibat dengan terjadinya pada bulan-bulan awal setelah kelahiran
3.      Menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi sehingga ibu dapat mengekspresikan   persoalan, keraguan dan kecemasan

Jika dilakukan sejak dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan konseling jika depresinya berat atau berkepanjangan perlu dirawat di rumah sakit.

2.   INFEKSI MASA NIFAS
A.    Definisi
Infeksi nifas adalah infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
Infeksi nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang terjadi pada setiap saat antara wanita pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dengan kenaikan suhu 38 C selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca melahirkan atau abortus dimana terdapat dua atau lebih.

B.    Etiologi
      Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan.
  • Eksasogen        : kuman datang dari luar.
  • Autogen           : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
  • Endogen           : dari jalan lahir sendiri.

Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi adalah sebagai berikut :
1.      Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia,  nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah, dan imunosupresi.
2.      Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
3.      Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lain.
4.      Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

C.    Golongan infeksi nifas
1.      Infeksi yang terdapat pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium
2.      Penyebaran melalui vena dan pembuluh darah.

a.       Infeksi pada, vulva, vagina, dan serviks dan endometrium
1.      Vulvitis
2.      Vaginitis
3.      Servisitis
4.      Endometritis

·         Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
·         Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vaginaVaginitis pada ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus.

·         Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Lukaserviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkaninfeksi yang menjalar ke parametrium.
·         Endometritis
-     Kadang – kadang lochea tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut locheometra
-     Pengeluaran lochea bias banyak / sedikit, kadang – kadang berbau / tidak, lochea berwarna merah / coklat
-     Suhu badan meningkat mulai 48 jam post partum, sering kali dengan pola gigi gergaji (38,5 – 40  C) menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu badan
-     Sakit kepala, sulit tidur, anoreksia
-     Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, HIS susulan biasanya sangat mengganggu
-     Leukositosis dapat berkisar antara 10.000 – 13.000

b.      Penyebaran dari tempat – tempat infeksi melalui vena – vena dan pembuluh darah
1)      Septikemia dan Piemia
a)      Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit dan lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih; suhu meningkat antara 39-40 ; tekanan darah turun, keadaan umum memburuk; sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.

b)      Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang diserangnya
Tidak lama post partum pasien sudah merasa sakit, perut nyeri, suhu tinggi, menggigil setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum. Ciri khas: Berulang – ulang suhu meningkat disertai menggigil, diikuti oleh turunnya suhu lambat akan timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis
.
c.       Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis dan parametritis(Selvitis Pelvika).
1)      Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis).
-     Peritonitis umum : Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan (defence muskulare), pucat, mata cekung yang disebut dengan muka hipokrates (facies hipocratica), kulit dingin
-     Peritonitis yang terdapat dipelvis : Pasien demam, nyeri perut bawah, nyeri periksa dalam kavum douglasi menonjol karena adanya abses
2)      Selvitis pelvika (parametrisis)
-      Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri dikiri / di kanan dan nyeri pada periksa dalam. Pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus. Ditengah jaringan yang mengandung bisa timbul abses. Dalam keadaan ini suhu yang mula – mula tinggi menetap menjadi naik turun disertai menggigil



D.    Penatalaksanaan Medis
1.      Pengobatan Infeksi Nifas
Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:
a.       Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
b.      Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
c.       Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
d.      Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh sepertiinfus, transfusi darah, makanan yang mengandung zat – zat yang diperlukan tubuh serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
2.      Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:
a.       Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185gr,  sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian peroral.
b.      Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
c.       Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
d.      Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
e.       Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

E.     Pencegahan
Selama kehamilan
Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:
1.      Perbaikan gizi.
2.      Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.

Selama persalinan
Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:
1.    Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.
2.    Membatasi perlukaan jalan lahir.
3.    Mencegah perdarahan banyak.
4.    Menghindari persalinan lama.
5.    Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.

Selama nifas
Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:
1.      Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
2.      Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
3.      Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
4.      Membatasi tamu yang berkunjung.
5.      Mobilisasi dini.

3.   PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
A.     Definisi
Pendarahan pasca persalinan adalah pendarahan atau  hilangnya darah 500 cc atau lebih yang terjadi antara 24 jam – 6 minggu setelah anak lahir. Pendarahan post partum skunder di sebut juga sebagai Late Post Partum Hemorrhage.

B.     Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala terjadinya Pendarahan Post Partum Skunder antara lain sebagai berikut:
  1. Pendarahan terjadi secara terus menerus setelah seharusnya lokhia rubra berhenti
  2. Pendarahan dapat terjadi secara mendadak, seperti pendarahan post partum primer dan di ikuti gangguan system kardiovaskuler sampai syok.
  3. Mudah terjadi infeksi skunder sehingga dapat menimbulkan:
·         Lokhia yang terjadi berbau dan keruh
·         Fundus uteri tidak segera mengalami involusi, terjadi subinvolusi uteri.

C.     Etiologi
1.      Terdapat sisa placenta atau kotiledonnya
2.      Terdapat sisa membrane sehingga mengganggu kontraksi dan retraksi untuk menutup pembuluh darah di tempat implantasinya
3.      Terdapat placental polip
4.      Pendarahan karena terjadi degenerasi khoriokarsinoma
5.      Pendarahan yang bersumber dari perlukaan yang terbuka kembali.

D.    Klasifikasi
1.      Pendarahan karena tertinggalnya sisa placenta
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat menimbulkan perdarahan pospartum skunder. Pada perdarahan postpartum skunder gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok.
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir. Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan akan sisa plasenta, maka untuk
memastikan adanya sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi dengan tangan, kuret atau alat bantu diagnostik yaitu ultrasonografi. Pada umumnya perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim kurang baik dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam rongga rahim

Terapi atau penanganan yang bisa dilakukan untuk pendarahan akibat tertinggalnya sisa placenta antara lain:
·         Berikan perlindungan antibiotic, keluarkan sisa placenta secara digital atau dengan kuret besar
·         Jika ada demam ditunggu sampai suhu turun dengan pemberian antibiotic dan 3 sampai 4 hari kemudian rahim di bersihkan, tapi kalau ada pendarahan banyak maka rahim segera di bersihkan walaupun ada demam.
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi dari pendarahan akibat tertinggalnya sisa placenta ini adalah:
·         Trauma tindakan khususnya kuretase
·         Infeksi berkelanjutan
·         Syok iriversibel.

2.      Pendarahan karena Perlukaan terbuka kembali
Yaitu pendarahan yang terjadi akibat terbuka kembalinya luka yang di dapat pada saat persalinan, dimana luka tersebut dulunya telah di jahit tetapi karena ada sesuatu hal yang menyebabkan luka tersebut kembali terbuka, salah satu penyebabnya karena ibu yang melakukan kerja keras sesaat setelah post partum. Tanda dari kejadian ini keluarnya darah segar dari luka yang kembali terbuka dan saat inspeksi terlihat luka tersebut menganga.
            Adapun penanganan yang di berikan:
·         Atasi pendarahan
·         Bersihkan luka tersebut
·         Jahit kembali luka ibu tersebut

3.      Pendarahan akibat infeksi
Sering di sebut dengan Infeksi puerperium yaitu infeksi yang terjadi segera setelah persalinan dengan peningkatan temperature lebih dari 38°c dan terjadi sejak hari kedua persalinan. Salah satu infeksi tersebut adalah infeksi yang terjadi pada tempat implantasi plasenta.

Infeksi pada tempat implantasi placenta di masuk melalui 2 jalan:
·         Masuk kedalam menimbulkan:
-    Miometritis
-     Infeksi pada pembuluh darahnya-Flebitis
-    Dari pembuluh darah menyebar sehingga dapat menimbulkan emboli bacteria dan menyebabkan infeksi meluas ke liver, ginjal, dan paru.
-     Dapat menimbulkan infeksi di sekitar pelvis sehingga terjadi selulitis dan pembentukan abses
-    Infeksi peritonitis sekitarnya dalam pembentukan palveoperitonitis yang bersifat local
·         Menyebar perkontinuitatum
Dari bekas infeksi placenta akan menyebabkan infeksi perkontinuitatum sehingga menimbulkan:
-    Endometritis yang menyebar sekitarnya
-    Infeksi tuba menimbulkan salfingitis yang selanjutnya menjadi piosalfing
-    Menimbulkan infeksi atau abses pada ovarium

Terapi atau penanganannya adalah:
·         Mobilisasi dini.
Mengalirkan lokhia sehingga tidak menjadi sumber infeksi yang dapat menyebar
·         Lokal atau tampak
Bersihkan luka dari jaringan nekrotik
·         Dilakukan rekontruksi jahitan, sehingga kesenbuhan dan adaptasinya semakin baik.


E.     Pencegahan Pendarahan
1.      Perawatan masa kehamilan
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin tetapi sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik.Menangani anemia dalam kehamilan adalah penting, ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.

2.      Persiapan persalinan
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb,golongan darah, dan bila memungkinkan sediakan donor darah dan dititipkan di bank darah. Pemasangan cateter intravena dengan lobang yang besar untuk persiapan apabila diperlukan transfusi. Untuk pasien dengan anemia berat sebaiknya langsung dilakukan transfusi. Sangat dianjurkan pada pasien dengan resiko perdarahan postpartum untuk menabung darahnya sendiri dan digunakan saat persalinan.

3.      Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular atau maju mundur sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik. Massae yang berlebihan atau terlalu keras terhadap uterus sebelum, selama ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa mengganggu langkah-langkah sistematik untuk mendiagnosa perdarahan

Postpartum :
1.   Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2.   Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak
3.   Lakukan ekplorasi kavum uteri untuk mencari :
      a.   Sisa plasenta dan ketuban
      b.   Robekan rahim
4.   Inspekulo : untuk melihat robekan pada cervix, vagina, dan varises yang pecah.

F.      Penatalaksanaan rujukan pada  perdarahan postpartum sekunder:
1.      Setelah dilakukan penatalaksanaan secara umum nilai kondisi dan keadaan pasien,jika tidak membaik.
2.      Siapkan informed concent bersama keluarga pasien.
3.      Hubungi rumah sakit tempat rujukan.
4.      Menyiapkankan segera keperluan rujukan bersama kelurga pasien seperti:
a.       Transportasi.
b.      Biaya
c.       Persipan kegawatdaruratan yng meliputi:
Persiapan donor darah, infus dan obat-obatan.










BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Depresi masa nifas: Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya.Bagi seseoarang yang tidak mampu menghadapi nya akan mengalami ganguan mental yang disebut dengan depresi
Infeksi masa nifas: Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan.
Pendarahan pasaca persalinan adalah pendarahan atau  hilangnya darah 500 cc atau lebih yang terjadi antara 24 jam – 6 minggu setelah anak lahir. Pendarahan post partum skunder di sebut juga sebagai Late Post Partum Hemorrhage.

B.  Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Didalam makalah ini terdapat berbagai kasus mengenai patologi dalam kebidanan, diantaranya depresi masa nifas, infeksi masa nifas dan perdarahan postpartum sekunder, kiranya masalah-masalah tersebut dapat tertangani dengan baik jika kita mengetahui cara penanganannya.





DAFTAR PUSTAKA



Prawirohardjo S. 2005. Ilmu kandungan. Jakarta: YBS-SP

http://www. Depresimelahirkan. Com/ postpartum.html


Varney, Helen. 1997. Varney Midwivery Third Edition. James and Bartle  Publishers. Boston.

No comments:

Post a Comment