BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Angka
Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Salah satu prioritas utama dalam pembangunan
sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program Pembangunan Nasional
(Propenas) serta strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan
yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe
Motherhood dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian
ibu dan bayi baru lahir (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2010).
Angka
Kematian Ibu berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun
2007 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup (Kemenkes, 2010). Angka Kematian Ibu di Provinsi Lampung untuk tahun
2007 sebesar 103 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Lampung, 2008).
Penyebab
langsung kematian ibu meliputi perdarahan (28%), eklampsia (13%) atau gangguan
akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, komplikasi aborsi (11%), infeksi
(10%), dan partus lama (9%). Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan upaya
untuk menurunkan angka tersebut dengan cara melakukan kunjungan antenatal care mulai dari trimester
pertama sampai dengan trimester ketiga (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
2010).
Antenatal
Care (ANC) merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil
sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan alan menegakkan hubungan
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, dan
memberikan pendidikan kesehatan (Wiknjosastro, 2005).
Salah
satu bentuk dari kunjungan ANC yaitu kunjungan KI atau kunjungan pertama yang merupakan kesempatan pertama
untuk menilai keadaan kesehatan ibu dan janinnya, sekaligus menentukan kualitas
interaksi antara pelaksana pelayanan dengan ibu sebagai klien dikemudian hari.
Pemeriksaan K1 meliputi: identifikasi diri ibu hamil, jumlah anak, riwayat
kehamilan dan persalinan, umur kehamilan dan hari tafsiran persalinan, keluhan
yang dirasakan selama kehamilan, nutrisi yang perlu bagi ibu hamil, dan hal-hal
yang mungkin dicemaskan oleh ibu (Wiknjosastro, 2005).
Suatu pelayanan
yang berkualitas dapat dilihat diantaranya dari cakupan akses pelayanan
antenatal kunjungan pertama (K1). Menurut pedoman pelayanan antenatal dikatakan
bahwa pelayanan antenatal yang baik adalah bila target yang ditentukan di
tingkat Nasional dapat dicapai yaitu : cakupan K1 minimal 80% yang diharapkan
dapat mendukung pencapaian cakupan pertolongan persaliann oleh tenaga kesehatan
sebesar 50 %. Target cakupan Pelayanan kebidanan dasar untuk KI 100% (Laporan
Evaluasi Program Seksi Kesehatan Keluarga Lampung Timur, 2003).
Dari
hasil pra survey ditemukan bahwa pelayanan antenatal di Puskesmas Donomulyo
sampai dengan bulan Oktober tahun 2012 dapat diketahui bahwa dari 7 Desa yang
ada di wilayah kerjanya Desa Lehan adalah desa dengan cakupan masih jauh dari
target dan yang paling rendah yaitu hanya sebesar 68,7% (Rekap Laporan PWS-KIA
Puskesmas Donomulyo, 2012).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan mengenai
rendahnya cakupan kunjungan KI pada ibu hamil di Desa Lehan dan pentingnya
dilakukan kunjungan KI maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan pertama K I pada ibu hamil
di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur tahun 2013.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil studi pra survey ditemukan bahwa pelayanan antenatal di
Puskesmas Donomulyo sampai dengan bulan Oktober 2012 dapat diketahui bahwa dari
7 Desa yang ada di wilayah kerjanya Desa Lehan adalah desa dengan cakupan yang masih
jauh dari target dan paling rendah yaitu hanya sebesar 68,7%, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu: “faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan
rendahnya kunjungan pertama K I pada ibu hamil di Desa Lehan Kecamatan Bumi
Agung Kabupaten Lampung Timur tahun 2013?”
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang menyebabkan rendahnya kunjungan pertama K I pada ibu hamil di Desa Lehan Kecamatan
Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur tahun 2013.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Diketahuinya
distribusi frekuensi pendidikan ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan KI di
Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur tahun 2013
2.
Diketahuinya
distribusi frekuensi pekerjaan ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan KI di
Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur tahun 2013
3.
Diketahuinya
distribusi frekuensi paritas ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan KI di
Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur tahun 2013
4.
Diketahuinya
distribusi frekuensi jarak kehamilan ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan
KI di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur tahun 2013.
5.
Diketahuinya
distribusi frekuensi dukungan keluarga ibu hamil di yang tidak melakukan
kunjungan KI Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur tahun 2013.
6.
Diketahuinya
distribusi frekuensi peran tenaga kesehatan terhadap ibu hamil yang tidak
melakukan kunjungan KI di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung
Timur tahun 2013
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi
Tenaga
Kesehatan di Desa Lehan
Sebagai bahan informasi
yang dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan upaya konseling tentang
manfaat kunjungan KI pda ibu hamil.
1.4.2
Bagi
Akbid Wira Buana Metro
Sebagai
bahan bacaan dan referensi di perpustakaan yang dapat dipergunakan untuk bahan
perbandingan dalam rangka penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya khususnya
mengenai kunjungan K I pada kehamilan.
1.4.3
Bagi
Peneliti selanjutnya
Sebagai
bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian sejenis yang berkaitan
dengan kunjungan K I pada kehamilan dengan melakukan penelitian terhadap
variabel-variabel yang belum diangkat melalui penelitian ini.
1.5
Ruang Lingkup
1.5.1
Jenis Penelitian : Deskriptif
1.5.2
Objek Penelitian : Kunjungan Pertama (KI).
1.5.3
Subjek penelitian : ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan K I di
Desa Lehan
1.5.4
Lokasi Penelitian : di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten
Lampung Timur
1.5.5
Waktu Penelitian :
pada bulan Juli 2013
1.5.6
Alasan Penelitian : hasil studi pra survey
ditemukan bahwa pelayanan antenatal di Puskesmas Donomulyo sampai dengan bulan
Oktober 2012 dapat diketahui bahwa dari 7 Desa yang ada Desa Lehan adalah desa
dengan cakupan yang paling rendah yaitu hanya sebesar 68,7%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kehamilan
2.1.1
Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan
keturunan, yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam
rahim ibu. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
(Saifuddin, 2002). Sedangkan menurut Wiknjosastro (2002), kehamilan mulai dari
ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih
dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu disebut juga kehamilan matur
(cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan post
matur. Kehamilan 28 dan 36 minggu
disebut kehamilan prematur (Rukiah, 2009).
Kehamilan di bagi
dalam tiga bagian :
a.
Kehamilan
triwulan pertama : 0-12 minggu
b.
Kehamilan
triwulan ke dua : 12-28 minggu
c.
Kehamilan
triwulan ke tiga : 28-40 minggu
Dalam triwulan pertama alat-alat mulai di
bentuk, triwulan ke dua alat-alat telah viabel (dapat hidup). Bila hasil
konsepsi dikeluarkan pada kehamilan di bawah 20 minggu disebut abortus (keguguran).
Dan bila terjadi 36 minggu disebut partus prematurus (Wiknjosastro, 2005
)
2.1.2
Perubahan
dalam Masa Kehamilan
2.1.2.1
Sistem
Reproduksi
1.
Uterus
Pada kehamilan cukup bulan ukuran uterus adalah 30x25x20 cm dengan
kapasitas lebih dari 4.000 cc. pada saat ini rahim membesar akibat hipertrofi
dan hiperplasi otot polos rahim. Berat
uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1.000 gr pada akhir bulan
2.
Ovarium
Ovulasi berhenti
namun masih terdapat korpus luteum gravida sampai terbentuknya plasenta yang
akan mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.
3.
Vagina dan Vulva
Oleh pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva,
sehingga pad abagian tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan, kondisi ini
disebut dengan tanda chdwick (Sulistyawati, 2012).
2.1.2.2
Sistem
Kardiovaskuler
Selama kehamilan, darah yang
dipompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung
(cardiac output) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada
usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 6 minggu dan
mencapai puncaknya pada usia kehamilan16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang menigkat, maka
denyut jantung pada saat istriahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70
kali/menit menjadi 80-90 kali/menit). Pada ibu hamil dengan jantung, ia dapat
jatuh dalam keadaan decompensate cordis
2.1.2.3
Sistem
Urinaria
Selama kehamilan, ginjal
bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya meningkat (Sampai
30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai
sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang
akibat penekanan rahim yang membesar).
2.1.2.4
Sistem
Gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah,
sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh
tingginya kadar progesteron.
2.1.2.5
Sistem
Metabolisme
Janin membutuhkan 30-40 gram
kalsium untuk pembentukan tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir.
Oleh karena itu, peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk menunjang
kebutuhan. Pengingkatan kebutuhan kalsium mencapai 70% dari diet biasanya.
Penting bagi ibu hamil untuk selalu sarapan karena kadar glukosa darah ibu
sangat berperan dalam perkembangan janin, dan berpuasa saat kehamilan akan
memproduksi lebih banyak ketosis yang dikenal dengan “cepat merasakan lapar”
yang mungkin berbahaya pada janin.
2.1.2.6
Sistem
Musculoskeletal
Estrogen dan progesterone
member efek maksimal pada relaksasi otot dan ligament pelvis pada akhir kehamilan.
Relaksasi ini digunakan oleh pelvis utuk meningkatkan kemempuannya menguatkan
posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran Ligamen pada simfisis
pubis dan sakroiliaka akan mengilang karana berelaksasi sebagai efek dari estrogen. Simfisis pubis melebar samapai 4 mm pada usia
kehamilan 32 minggu dan sakrokoksifeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis
sebagai pengganti bagian belakang.
2.1.2.7
Kulit
Cloasma gravidarum atau bntik-bintik pigmen kecoklatan yangtampak di
kulit kening dan pipi. Peningkatan pigmentasi juga terjadi di sekeliling
putting susu, sedangkan di perut bawah tengah biasanya tampak gars gelap.
2.1.2.8
Payudara
Perubahan pada payudara antara lain bertambah besar, tegang dan berat,
teraba nodul-nodul akibat hipertrofi kelenjar alveoli, dan hiperpigmentasi pada
aerola dan putting susu.
2.1.2.9
Sistem
Endoktin
Selama siklus menstruasi
normal, hipofisis anterior memproduksi LH dan FSH. Follicle stimulating hormone
(FSH) merangsang folikel de graaf untuk menjadi matang dan berpindah ke permukaan
ovarium di mana ia dilepaskan. Folikel yang kosong dikenal sebagai korpus
luteum dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesteron. Progesteron dan
estrogen merangsang proliferasi dari desidua (lapisan dalam uterus) dalam upaya
mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi. Plasenta, yang terbentuk
secara sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah pembuahan terjadi, akan
mengambil alih tugas korpus luteum untuk memproduksi estrogen dan progesteron.
2.1.2.10
Sistem
Pernafasan
Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim dan
pembentukan hormone progesterone menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit
berbeda dari biasanya. Wanita hamil
bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen
untuk janin dan untuk dirinya. Lingkar dada wanita hamil agak membesar. Lapisan
saluran pernapasan menerima lebih banyak darah dan menjadi agak tersumbat oeh
penumpukan darah (kongesti). Kadang hidung dan tenggorokan mengalami
penyumbatan parsial akibat kongesti ini tekanan dan kualitas suara wanita hamil
agak berubah (Sulistyawati, 2012).
2.2
Antenatal
Care
2.2.1
Pengertian
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Pelayanan antenatal adalah
pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untukibu selama masa kehamilan
sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal (Marni, 2011)
Selain hal tersebut, masih
banyak sekali penelitian serupa dibidang yang sama. Bahkan tidak sedikit hasil
penelitian menunjukkan bahwa, setiap wanita hamil memiliki risiko mengalami
komplikasi yang dapat mengancam jiwanya. Oleh karena itu, WHO menganjurkan agar
setiap wanita hamil mendapatkan paling sedikit empat kali kunjungan selama
periode antenatal:
1. Satu kali kunjungan selama
trimester pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu)
2. Satu kali kunjungan selama
trimester kedua (usia kehamilan antara 14-28 minggu)
3. Dua kali kunjungan selama
trimester ketiga (usia kehamilan antara 28-36 minggu dan sesudah usa kehamilan
36 minggu)
Namun seharusnya wanita hamil dikunjungi lebih
sering jika ia mengalami masalah, dan hendaknya ia disarankan untuk mengunjungi
bidan bila merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir.
2.2.2
Tujuan
Asuhan Kehamilan
1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta sosial ibu
dan bayi.
3.
Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan komplikasi
yang terjadi selama masa kehamilan
4.
Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu maupun
bayi, dengan trauma seminimal mungkin.
5.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan
normal.
6.
Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara
bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Sulystiawati, 2012).
2.2.3
Standar Asuhan Kehamilan
2.2.3.1
Kunjungan Ante-natal Care (ANC) minimal:
1.
Kehamilan
triwulan pertama : 0-12 minggu
2.
Kehamilan
triwulan ke dua : 12-28 minggu
3.
Kehamilan
triwulan ke tiga : 28-40 minggu
2.2.3.2
Pelayanan standar, yaitu 14 T.
Sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan, standar minimal pelayanan
pada ibu hamil adalah tujuh bentuk yang disingkat dengan 14 T, antara lain
sebagai berikut:
1)
Timbang berat badan
2)
Ukur tekanan darah
3)
Ukur tinggi fundus uteri
4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan
5)
Pemberian imunisasi TT
6)
Pemeriksaan Hb
7)
Pemeriksaan VDRL
8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
11) Pemeriksaan protein urine
atas indikasi
12) Pemeriksaan reduksi urine
atas indikasi
13) Pemberian terapi kapsul
yodium untuk daerah endemis gondok
14) Pemberian terapi anti
malaria untuk daerah endemis malaria
2.2.3.3 Informasi Yang Diberikan
1. Menjalin hubungan saling percaya.
Merupakan
langkah paling awal namun akan sangat menentukan kualitas asuhan di waktu-waktu
berikutnya. Hubungan saling percaya antara pasien dan bidan mutlak barns dapat
dipenuhi sehingga informasi dan penatalaksanaan yang diberikan oleh bidan dapat
selalu sesuai dengan data yang disampaikan pasien secara jujur. Bisa
dibayangkan jika pasien tidak dapat percaya dengan bidan dan memberikan data
yang tidak sesuai, maka jika terjadi gangguan pada ibu, bidan tidak akan dapat
mendeteksi sehingga akan berakibat fatal yaitu salah dalam memberikan
pelayanan.
2. Deteksi masalah.
Pada tahap awal pemberian asuhan, bidan melakukan
deteksi kemungkinan masalah atau komplikasi yang muncul dengan melakukan
penapisan-penapisan. Beberapa di antaranya adalah penapisan kelainan bentuk panggul
pada pasien dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, pre-eklampsi, hipertensi
dalam kehamilan, infeksi, dan sebagainya. Penapisan ini dilakukan melalui
proses pengkajian data subjektif dan objektif serta ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium, USG, serta rontgen.
3.
Mencegah masalah (TT dan anemia).
Pencegahan
masalah anemia merupakan prioritas pertama yang harus dilakukan oleh bidan
karena anemia merupakan penyebab utama perdarahan postpartum. Berdasarkan data
Departemen Kesehatan, penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia adalah
perdarahan. Selain anemia, bidan juga harus melakukan pencegahan penyakit
tetanus neonatorum karena penyakit ini memberikan peran yang cukup besar dalam
menyebabkan kematian bayi.
4.
Persiapan persalinan dan
komplikasi.
Meskipun proses persalinan masih cukup lama, namun
bidan tetap harus menyampaikan informasi ini seawal mungkin sehingga pasien dan
keluarga sudah mempunyai gambaran mengenai apa yang harus direncanakan. Selain
itu untuk memberdayakan pasien dan keluarga, beberapa komplikasi yang mungkin
terjadi dalam kehamilan perlu disampaikan sejak dini sehingga pasien dan
keluarga dapat ikut aktif dalam pemantauan kehamilannya.
5.
Perilaku sehat (gizi,
latihan/senam, kebersihan, istirahat).
Untuk informasi ini bidan perlu menyampaikan materi
perilaku hidup sehat secara terperinci karena aspek ini merupakan hal sangat
menentukan kualitas kesehatan ibu hamil (Sulistyawati, 2012).
2.2.4
Asuhan Kehamilan Kunjungan
Pertama
2.1.4.1 Tujuan Kunjungan
1. Menentukan
tingkat kesehatan ibu dengan melakukan pengkajian riwayat lengkap dan uji
skrining yang tepat.
2. Menetapkan
catatan dasar tentang tekanan darah, urinalisis, nilai darah, serta pertumbuhan
dan perkembangan janin dapat digunakan sebagai standar pembanding sesuai
kemajuan kehamilan
3. Mengidentifikasikan
faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detil kebidanan masa lalu dan
sekarang.
4. Memberi
kesempatan pada ibu dan keluarga untuk mengekspresikan dan mendiskusikan adanya
kekhawatiran tentang kehamilan saat ini, proses persalinan, serta masa nifas.
5. Menganjurkan
adanya pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam upaya mempertahankan kesehatan
ibu dan perkembangan bayinya.
6.
Membangun hubungan sating percaya
karena ibu dan bidan adalah mitra dalam asuhan
7. Mendiskusikan filosofi
klinis perawatan
8. Memperoleh rujukan
konseling genetik.
9.
Menentukan diagnosis ada atau
tidaknya kehamilan
10. Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
11. Menentukan rencana pemeriksaan atau penatalaksanaan selanjutnya.
(Marni,
2011)
2.1.4.2 Kegiatan Pengkajian Kesehatan Ibu
1.
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan
b. Riwayat kebidanan
c. Riwayat keluarga
d. Penyakit
2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pada
kunjungan awal difokuskan untuk mengidentifikasi kelainan yang sering
mengintribusi morbiditas dan mortalitas dan untuk mengidentifikasi gambaran
tubuh yang menunjukkan gangguan genetic.
3.
Pemeriksaan Panggul
Persalinan dapat berlangsung
dengan baik atau tidak tergantung pada luasnya jalan lahir yang terutama ditentukan
oleh bentuk dan ukuran panggul.
4.
Pemeriksaan laboratorium
Terdiri dari
pemeriksaan hemoglobin, urin, dll yang dianggap perlu.
5.
Pengkajian emosional
2.1.4.3 Kegiatan Pengkajian Fetal
1. Pemantaan aktivitas atau gerakan janin
2. Denjut jantung janin
3. Non Stress Test (NST)
4. Amniosentesis
2.1.4.4 Penentuan Diagnosa
1.
Menetapkan normalitas kehamilan
2. Membedakan antara
ketidaknyamanan dalam kehamilan dengan kemungkinan komplikasi
3. Mengidentifikasi tanda dan
gejala penyimpangan keadaan yang normal
4.
Mengidentifikasi kemungkinan kebutuhan belajar
2.1.4.5 Mengembangkan Perencanaan Asuhan yang Komprehensif
1.
Menetapkan kebutuhan tes lab
2.
Menetapkan kebutuhan belajar
3. Menetapkan kebutuhan untuk
pengobatan dan komplikasi ringan
4.
Menetapkan kebutuhan konsultasi atau
rujukan
5. Jadwal kunjungan ulang
sesuai dengan perkembangan kehamilan
(Marni, 2011)
2.1
Perilaku
Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah
semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observabel) maupun yang tidak dapat
diamati (unobservable) yang berkaitan
dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup
mencegah dan melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain,
meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena
masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Faktor
yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang
perilaku kesehatan, teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian
kesehatan masyarakat adalah teori yang dikemukakan oleh
Lawrence Green.
Green
membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral
faktor (faktor perilaku) dan non behavioral
factors atau faktor non perilaku. Selanjutnya Green menganalisis bahwa
faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :
a.
Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor
predisposisi adalah faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, adalah karakteristik
seseorang seperti: umur, pendidikan, tingkat ekonomi, pengetahuan dan sikap seseorang atau
masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.
b.
Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin atau pendukung (enabling)
adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau
tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana
atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
c.
Faktor Penguat (renforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya peran tenaga kesehatan dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia untuk merubah
perilaku seseorang atau masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
Notoatmodjo
(2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru terjadi
proses yang berurutan yaitu: Awareness (kesadaran), Interest,
Evaluation (menimbang-menimbang), Trial yaitu mulai mencoba perilaku
baru, Adoption berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
2.3
Faktor-faktor Rendahnya
Kunjungan Pertama pada Ibu Hamil
Beberapa faktor predisposisi
yang berhubungan dengan rendahnya kunjungan pertama ibu hamil antara lain:
2.3.1
Pendidikan
Menurut Ditjen Dikti (2008), pendidikan juga di defenisikan sebagai
proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah
laku lain nya didalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang
dihadapkan pada pengaruh lingkingan yang terpilih dan terkontrol (khususnya
yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Menurut Undang-undang RI tahun 2003 nomor 20 pasal 14 menyebutkan bahwa
jenjang pendidikan terbagi atas tiga tingkatan yaitu: pendidikan dasar sembilan
tahun yang terdiri dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama,
pendidikan menengah yaitu sekolah lanjutan tingkat atas dan pendidikan tinggi
yaitu diploma dan pendidikan strata satu keatas. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003, jenjang pendidikan
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
1) Pendidikan dasar 9 tahun,
terdiri dari:
a)
Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
b)
SMP/MTs
2)
Pendidikan
Menengah, terdiri dari:
a)
SMA dan MA
b)
SMK dan MAK
3)
Pendidikan
Tinggi, terdiri dari:
a)
Akademi
b)
Institut
c)
Sekolah tinggi
d)
Universitas
Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka akan semakin tinggi pula tingkat kecakapan emosionalnya, serta
semakin berkembang kedewasaan. Di sini jelas bahwa faktor pendidikan besar
pengaruhnya terhadap perkembangan emosional dan intilektual dalam
bersosisalisasi dengan lingkungan.
2.3.2
Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu hal yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah atau
pokok penghasilan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008). Pekerjaan adalah setiap
kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa bagi diri sendiri atau orang lain,
baik orang yang melakukan dibayar atau tidak. Sedangkan menurut Disnakes (2005) pekerjaan
adalah setiap orang yang bekerja, yang menerima upah atau imbalan dan bentuk
lain, secara umum jenis pekerjaan berarti proses untuk mendapatkan sesuatu
secara tetap memenuhi kebutuhan keluarga.
Klasifikasi pekerjaan dalam penelitian adalah :
1)
Ibu bekerja
Adalah seorang ibu yang mendapatkan sesuatu secara tetap atau menerima upah atau imbalan atas
tindakannya dalam hal ini seperti bertani, berdagang, wiraswasta, pegawai
swasta ataupun sebagai pegawai pemerintahan
2)
Ibu tidak Bekerja
Yaitu seorang ibu rumah tangga yang melakukan aktifitas mengerjakan
pekerjaan rumah tangga tanpa upah seperti menyapu, memasak dan lain-lain
2.3.3
Paritas
2.3.3.1 Pengertian Paritas
Paritas adalah wanita
yang pernah melahirkan bayi aterm (Manuaba, 2008). Paritas adalah jumlah
kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu)
(Depkes, 2008). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah
mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan tanpa mengingat jumlah anaknya
(Oxorn, 2010). Menurut
Prawirohardjo (2007), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan
grandemultipara.
2.3.3.2
Klasifikasi
Paritas
1. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup
besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).
2. Multipara
a) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari
satu kali (Prawirohardjo, 2009).
b)
Multipara adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali.
3. Grandemultipara
a) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.
b)
Grandemultipara adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati.
c)
Grandemultipara adalah wanita yang telah
melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006).
2.3.4
Jarak
Kehamilan
Jarak adalah selang waktu atau lamanya antara dua peristiwa. Jarak adalah masa antara dua kejadian yang
bertalian (Hasan, 2007). Kehamilan adalah keadaan dimana terjadi proses
pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim mulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin (Saifuddin, 2010). Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan,
jarak kehamilan adalah masa antara 2 proses kehamilan saat ini dengan kehamilan
sebelumnya.
Jarak kehamilan menurut
Proverawati (2009) dikelompokan menjadi 2 yaitu :
a. jarak kehamilan < 2 tahun.
b. jarak kehamilan > 2 tahun.
Pada ibu dengan
jarak kehamilan yang terlalu dekat, maka perhatian ibu terhadap kandungannya
akan menjadi berkurang karena masih disibukkan mengurus anak, apalagi ditambah
denganjumlah paritas yang tinggi dan jarak kehamilan yang rapat (Proverawati,
2009).
2.3.5
Dukungan Keluarga
Dukungan adalah pertukaran bantuan antara dua individu yang berperan
sebagai pemberi dan penerima. Dukungan adalah pertukaran interpersonal dimana
seorang individu memberikan bantuan pada individu lain. Dukungan adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan,
maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterimanya individu dari orang lain
ataupun dari kelompok Dukungan suami
atau keluarga merupakan kenyamanan fisik dan psikologis, perhatian,
penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk yang lainnya yang diterima ibu dari
suami ataupun dari anggota keluarga lainnya. Bentuk dukungan suami atau
keluarga dapat berupa perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam menyarankan
ibu untuk melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilannya khusunya kehamian pada
usia muda (Sulystiawati, 2012).
Menurut Karl dalam Notoatmodjo (2007) dukungan
sosial dari orang lain yang relevan menjadi penentu yang luas. Pendekatan yang
menyenangkan dari pihak yang berhadapan dengan ibu kepada pembinaan lingkungan
emosi dalam hal ini mendorong ibu untuk rutin melaksanakan pemeriksaan
kehamilannya.
2.3.6
Peran Petugas Kesehatan
Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan,
yakni perubahan perilaku. Peran petugas kesehatan berkaitan dengan kegiatan promosi kesehatan yang sering
dilakukan. Petugas melakukan hal tersebut
dengan alat-alat bantu/alat peraga pendidikan agar mencapai suatu hasil yang
optimal. Peran petugas
kesehatan yang baik dalam memberikan konseling dan penyuluhan kepada ibu dapat
meningkatkan kesadaran ibu mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan
sejak awal kehamilan dalam 3 bulan pertama, sehingga hasil tersebut dapat
merubah sikap ibu yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perilaku ibu
dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin (Notoatmodjo, 2010).
2.4
Kerangka Teori
Kerangka teori pada dasarnya
adalah hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2010). Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan mengenai faktor-faktor predisposisi yang
mempengaruhi perubahan perilaku, maka kerangka teori dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber: Green dalam Notoatmodjo (2010)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.5
Kerangka
Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal
khusus, oleh karena konsep merupakan obstraksi, maka konsep tidak dapat
langsung diamati atau diukur, konsep hanya dapat diukur melalui konstruk atau
yang leibh dikenal dengan nama variabel, jadi variabel adalah simbol atau
lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep (Notoatmodjo, 2010).
Dari uraian tinjauan pustaka
dapat di buat kerangka konsep sebagai
berikut :
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
2.6
Definisi
Operasional
Menurut Notoatmodjo (2010), “Untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel
tersebut diberi batasan atau "definisi operasional". Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur).
Adapun definisi operasional penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 1. Definisi
Operasional Variabel
|
No
|
Variabel
Yang Diteliti
|
Defenisi Operasional
|
Cara Ukur
|
Alat Ukur
|
Hasil Ukur
|
Skala Ukur
|
|
1
|
Kunjungan Pertama Kehamilan
|
Kehadiran ibu pertama kali untuk memeriksakankehamilannya dalam TM I.
|
|
|
|
|
|
|
Sub Variabel
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
Pendidikan
|
Tingkat pendidikan ibu yang dinyatarakan dalam kepemilikinan ijazah
pendidikan formal terakhir
|
Angket
|
Kuesioner
|
a. Dasar : SD, SMP
b. Menengah : SMA
c. Tinggi : Diploma PT
|
Ordinal
|
|
|
b. Pekerjaan
|
Bentuk kegiatan sehari-hari yang dilakukan dalam usaha memenuhi kebutuhan
keluarga
|
Angket
|
Kuesioner
|
a.
Bekerja
b.
Tidak bekerja
|
Nominal
|
|
|
c.
Paritas
|
Jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah
dilahirkan
|
Angket
|
Kuesioner
|
a. Primipara
(1)
b. Multipara
(2-5)
c. Grande
Multi (>5)
|
Ordinal
|
|
|
d. Jarak Kehamilan
|
Satuan jarak atau rentang waktu antara kehamilan saat inidengankehamilan
sebelumnya
|
Angket
|
Kuesioner
|
a. < 2 tahun
b. > 2 tahun
|
Nominal
|
|
|
e.
Dukungan keluarga
|
Bentuk perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang
diterimanya ibu hamil dari anggota keluarga
|
Angket
|
Kuesioner
|
a. mendukung
(T score > 50%)
b. kurang mendukung (T
score < 50%)
|
Nominal
|
|
|
f.
Peran petugas kesehatan
|
Bentuk perhatian, maupun bantuan
dalam bentuk lainnya yang diberikan petugas kesehatan kepada ibu hamil
|
Angket
|
Kuesioner
|
a.
mendukung (T score >
50%)
b. kurang mendukung (T
score < 50%)
|
Nominal
|
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah suatu rencana, struktur, dan strategi
penelitian yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Penelitian
ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoadmodjo, 2010). Dalam hal
ini peneliti bermaksud mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
kunjungan pertama (KI) pada ibu hamil.
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1
Populasi
Populasi penelitian adalah
keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu hamil di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung pada bulan juli yang berjumlah 47 ibu hamil.
3.2.2
Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini rencananya teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive, tehnik ini dilakukan dengan
mengambil sebagian dari populasi yang ada dijadikan sampel penelitian (Notoatmodjo,
2010). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan umur
kehamilan > 12 minggu dan belum pernah melakukan kunjungan sama
sekali atau melakukan kunjungan antenatal pertama (K I) pada umur kehamilan
> 12 minggu di Desa Lehan Kecamatan
Bumi Agung yang berjumlah 38 ibu hamil.
3.3
Waktu dan Tempat Penelitian
3.3.1
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013.
3.3.2
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten
Lampung Timur.
3.4
Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel
tunggal yaitu faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan pertama ibu hamil
(KI) yang meliputi: pendidikan, pekerjaan, paritas, dan jarak kehamilan, yang
dijabarkan sebagai berikut:
3.4.1
Variabel Pendidikan Ibu
Dikategorikan menjadi:
1. Pendidikan dasar terdiri
atas pendidikan SD dan SMP sederajat
2. Pendidikan Menengah terdiri
atas pendidikan SMA/SMK Sederajat
3. Pendidikan Tinggi terdiriatas
Diploma I – III dan Perguruan Tinggi
3.4.2
Variabel Pekerjaan Ibu
Dikategorikan menjadi:
1. Ibu bekerja
2. Ibu tidak bekerja
3.4.3
Paritas Ibu
Dikategorikan menjadi:
1. Primipara, jika balita ibu
merupakan anak pertama
2. Multipara, jika balita ibu
merupakan anak kedua sampai kelima
3. Grande Multi, jika balita
ibu merupakan anak keenam dan seterusnya
3.4.4
Jarak Kehamilan
Dikategorikan menjadi:
a. Jarak kehamilan < 2 tahun
b. Jarak kehamilan > 2 tahun
3.4.5
Dukungan keluarga
Dikategorikan menjadi:
a. mendukung
b. kurang mendukung
3.4.6
Peran petugas kesehatan
Dikategorikan menjadi:
a. mendukung
b. kurang mendukung
3.5
Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
Cara
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik angket dengan
menggunakan lembar kuisioner. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Kuisioner dipakai
untuk menyebut instrumen penelitian. Sedangkan metode pengumpulan data yang
dilakukan melalui interview
berdasarkan pedoman pertanyaan dalam kuisioner disebut wawancara terpimpin
(Arikunto, 2010).
3.6
Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1
Pengolahan
Data
Data-data yang diperoleh akan diolah secara manual dengan tahap-tahap
sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):
1. Editing (Penyuntingan Data)
Hasil angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu
disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi
yang tidak lengkap, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out).
2. Membuat Lembaran Kode (Coding
Sheet)
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk
merekam data secara manual. Lembpran
atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertanyaan.
3. Memasukkan Data (Data Entry)
Yakni mengisi-kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode
sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
4. Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh peneliti.
1.5.2
Analisa data (analiting)
Pengolahan
dan analisis data dilakukan guna menentukan distribusi frekuensi dari variabel
penelitian. Khusus untuk variabel dukungan keluarga dan peran petugas kesehatan
digunakan skala linkert dengan menghitung nilai simpangan baku (SD), kemudian
diberi skor T.
Rumus skor
T adalah (Azwar, 2012) :
Keterangan :
T = Standar dari X1
X1 = Skor responden pada data
dukungan suami yang hendak diubah menjadi skor T
= mean skor kelompok
SD = Standar deviasi kelompok
n = Banyaknya data yang diambil
Penentuan kategori sikap
menurut Azwar (2012) adalah :
a) Bila nilai atau skor T >
50%, maka sikap responden dalam katagori mendukung (fevorabel)
b) Bila nilai atau skor T <
50%, maka sikap responden dalam katagori tidak mendukung (anfavorabel).
Selanjutnya
untuk perhitungan keseluruhan variabel digunakan rumus distribusi frekuensi. Distribusi
frekuensi merupakan penataan data kualitatif. Bila data kualitatif dihitung
dalam bentuk proporsi atau persentase maka menjadi distribusi frekuensi
relatif. Dengan distribusi frekuensi relatif kita dapat mengetahui persentase
suatu kelompok terhadap seluruh pengamatan. Perubahan data kualitatif menjadi
persentase dilakukan dengan membagi frekuensi (f) dengan jumlah seluruh
observasi (N) dan dikalikan 100. Secara matematik hal tersebut dapat ditulis
dengan rumus berikut (Budiarto, 2002).
Keterangan :
P : Prosentase
f : Frekuensi responden tiap variabel
N : Jumlah seluruh responden